Sponsor

Sabtu, 23 Agustus 2008

Ajeng 'Mamamia' Astianti, "Mau Jadi Berkat"

BAKAT berupa suara indah tidak melulu merupakan jaminan seseorang dapat menjadi terkenal. Apalagi untuk pengamen jalanan yang membutuhkan perjuangan dan keberuntungan.

Inilah yang membuat Ajeng Astianti tidak lupa akan teman-teman sesama pengamen, meski ia kini sudah terkenal.

Sejak usia 9 tahun, Ajeng dan ibunya Cindy Astuti menggantungkan hidup sebagai pengamen. Dari satu bus ke bus lainnya, ia mencoba mendendangkan suaranya di hadapan penumpang bus 46 (Grogol-Kampung Rambutan), Patas 6 (Grogol- Kampung Rambutan), dan Patas AC 81 (Kalideras-Depok).

Namun nasib berkata lain. Ajeng dapat lolos menjadi finalis kompetisi menyanyi Indosiar, Mamamia. Ia pun menjadi penyanyi yang tiba-tiba terkenal di usianya yang belia.


Meski saat ini sibuk tampil dari panggung ke panggung, Ajeng masih menyempatkan diri membantu teman-teman sesama pengamen. Penggemar 3 Diva dan Beyonce ini bahkan mendirikan Tenda Ajeng Mamamia dan rumah singgah untuk ratusan pengamen dan anak jalanan lainnya.


"Yang jelas aku mau menjadi berkat bagi para pengamen yang adalah saudara-saudaraku," ujarnya seperti dilansir dari INILAH.COM.


Bagaimana perasaan Ajeng saat ini karena sudah terkenal dan ditonton masyarakat?

Yang pasti seneng banget dan mengucap syukur kepada Tuhan karena Ajeng bisa jadi seperti ini. Dulu aku nggak menyangka bisa tampil di acara Mamamia. Dulu cuma bisa berandai-andai bagaimana bisa tampil di Balai Sarbini.

Tampil di Mamamia menjadi finalis merupakan kebahagiaan tersendiri. Aku juga beruntung ketika mengikuti Mamamia, aku dan finalis lainnya juga les vokal bersama di studio musik Elfas.

Kenapa Ajeng dulu sampai harus mengamen?

Sekitar 2003, papaku sakit keras dan tidak bisa bekerja. Mama coba usaha jualan kecil-kecilan, tapi nggak mendatangkan untung banyak. Sementara Ajeng yang waktu itu masih kelas 3 SD dan lima orang adik Ajeng mesti sekolah. Jadi aku putuskan untuk mengamen. Terus kalau pulang, pasti sampai rumah malem sekitar jam sembilan.

Mama merasa kasihan, akhirnya mama memutuskan ikut aku mengamen tiap hari. Kita biasa mangkal di perempatan lampu merah Cempaka Putih, di depan ITC Cempaka Putih. Dulu kalau lagi beruntung bisa dapat Rp20 ribu. Tapi aku sama mama selalu bersyukur kalau dapat uang berapa aja dari hasil mengamen.

Pengalaman menyedihkan ketika ngamen?

Banyak sih. Tapi yang paling sedih karena aku cewek, jadi sering diserobot sama pengamen laki-laki. Mereka menyuruhku ngamennya nanti aja. Kalau pengamen kan harus mengikuti aturan daerah atau tempat-tempat tertentu yang dikuasai kelompok pengamen tertentu.

Karena sering pulang malam, suka terlambat juga ke sekolah. Sekolahku jadi terbengkalai karena harus membolos. Aku sekarang 14 tahun dan seharusnya sudah SMA. Tapi karena aku dulu sempat berhenti sekolah, jadi sekarang aku kelas 6 SD dan sedang mengunggu hasil kelulusan untuk ke SMP.

Apa sih cita-cita Ajeng dulu sebelum mengamen?

Aku memang kebetulan bakat nyanyi, dan dari dulu ingin jadi penyanyi. Jadi mengamen itu mengasah kemampuan nyanyiku. Di bus itu aku harus menyanyi dengan suara kencang, soalnya suaraku harus bisa terdengar sampai penumpang yang paling belakang dan harus mengalahkan suara mesin bus yang sangat bising. Jadi power vokalku menjadi modal utama aku di Mamamia.

Sebelum mengikuti ajang 'Mamamia', pernah ikut kontes menyanyi yang lain?

Pernah. Dulu aku pernah ikut Indonesian Idol 2007, yang juaranya Rini. Aku ikut audisi di Balai Kartini. Sempet rada bingung, Soalnya audisi Indonesian Idol cukup lama, sedangkan aku harus ngamen untuk belanja makanan. Malah waktu itu aku sempet mikir untuk keluar saja. Tapi papa sama mama mau aku maju terus.

Aku sempat masuk 50 besar. Tapi akhirnya nggak lolos. Mungkin karena penampilanku waktu itu cuma seadanya dan karena warna kulit aku yang hitam.

Uang hasil manggung Ajeng pakai untuk apa?

Kebetulan aku menyisihkan sebagian uang hasil manggung untuk membangun rumah singgah. Jadi rumah singgah itu sedang dalam tahap pemgbangunan. Rumah itu nantinya bisa menampung teman-teman pengamen.

Uang hasil manggung buat bantu teman-teman pengamen. Aku dirikan Tenda Ajeng Mamamia di perempatan Cempaka Putih. Di seberang ITC Cempaka Putih. Jadi setiap Kamis siang dan Jumat Sore, aku dan keluargaku melakukan pelayanan ke-168 teman-teman pengamen.

Di situ kami memberi makan, menghibur mereka, dan memberi siraman rohani.

Apa obsesi Ajeng ke depan?

Yang jelas aku mau menjadi berkat bagi para pengamen yang adalah saudara-saudaraku. Jadi aku mau menjadi berkat dan akan terus menyanyi untuk membuktikan bahwa ketika mengamen aku diperlakukan tidak pantas, tapi sekarang aku bisa membantu teman-teman pengamen lainnya. (jek/jhon)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

cara hubungi ajeng gimana sih? kita mau panggil untuk acara gereja kita. saya telf nomornya ga aktif semua

Related Posts with Thumbnails